Oleh: HE. Benyamine
Banjarbaru mempunyai sekolah menengah (SMPN 11 Banjarbaru) yang mendapat penghargaan sekolah berwawasan lingkungan di tingkat nasional dari dinas pendidikan nasional. Sekolah ini mampu mengalami perubahan yang sangat cepat, hingga mendapatkan akreditasi A pada tahun 2005, sekolah yang jika dilihat dari lokasinya termasuk sekolah pinggiran karena berada pada lokasi yang jauh dari pemukiman dan berjarak lebih kurang 6 km dari jalan raya A. Yani. Perkembangan dan kemajuan ini tidak terlepas dari bersinerginya visi Rudy Resnawan sebagai walikota (saat itu) dengan pandangan dan kerja keras kepala sekolah Basriansyah, yang merupakan model hubungan yang saling mendukung.
Di sini terlihat bagaimana kepala sekolah mempunyai peran yang penting dalam kemajuan dan perkembangan sekolah, berbagai terobosan dan kedisplinan tergambar dari keadaan sekolah saat ini, yang dulunya sekolah biasa saja dengan komitmen walikota untuk melakukan perubahan terhadap sekolah pinggiran menjadi sekolah yang berakreditasi A dapat terwujud. Sekolah ini termasuk lokasi tempat penilaian piala Adipura, yang memang layak karena hampir dapat dikatakan tidak ada sampah yang berserakan dan sekaligus diterapkannya 3R dengan mengembangkan budaya sadar sampah. Berbagai lomba dilaksanakan untuk membangkitkan keberanian para pelajarnya dalam berekspresi dan berkreasi, seperti Lomba Lukis Lingkungan Sehat (4/12/10) dengan juri Hands Ranjiwa (pelukis), Arsyad Indradi (sastrawan/pelukis), yang mengangkat tema Lingkungan Sehat Dambaan Kita Semua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gambaran sekolah berwawasan lingkungan.
Di samping itu SMPN 11 Banjarbaru merupakan sekolah yang menerapkan larangan bagi murid-muridnya menggunakan kendaraan bermotor (sepeda motor) sendiri, sehingga yang terlihat di halaman sekolah adalah barisan sepeda yang begitu banyak. Penggunaan sepeda merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tindakan yang berwawasan lingkungan, sekaligus sebagai pembelajaran tentang bagaimana mentaati perundangan dan peraturan yang berlaku di mana pelajar sekolah menengah pertama pada umumnya mereka masih belum memenuhi syarat untuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM) karena umurnya belum mencukupi. Hal ini sangat bersinergi dengan program kepolisian, yang tentunya sangat mendukung upaya kepolisian dalam mengatasi permasalahan pelajar yang tidak seharusnya berkendaraan sendiri.
Mungkin, Kapolres Banjarbaru perlu berkunjung ke sekolah ini, karena bisa dijadikan model bagi kepolisian dalam membuat kebijakan dan penerapan peraturan yang semestinya untuk pelajar yang masih di bawah umur untuk mendapatkan SIM.
Mengingat wakil walikota Banjarbaru (Ogi) yang antusias dengan bersepeda, seperti ada hubungan langsung dengan pelajar SMPN 11 Banjarbaru bila dipandang dari deretan sepeda yang terparkir di halaman sekolah mereka, seakan tergambar visi kampanye “Dua Generasi Satu Visi” yang salah satunya menjadikan kota Banjarbaru sebagai kota pendidikan. Melalui penggunaan sepeda oleh pelajar juga wakil walikota merupakan bagian dari pendidikan itu sendiri, karena pelajar belajar taat dan sadar hukum, sadar lingkungan sehat khususnya pengurangan polusi dan emisi buangan kendaraan, dan sekaligus para pelajar terus menggerakkan seluruh bagian tubuhnya; kesehatan badan.
Sebagai sekolah yang mendapatkan penghargaan sebagai sekolah berwawasan lingkungan tingkat nasional, ternyata pihak pengelola (kepala sekolah Basriansyah, SPd.) terus berupaya dalam berbagai terobosan, dengan melanjutkan gagasan sekolah untuk menjadi pioner dalam pembangunan hutan sekolah sebagaimana hutan kota, yang mulai nampak pada perencanaan sekolah dengan gerakan penanaman pohon yang beragam, khususnya tanaman lokal seperti kasturi dan tiwadak (cempedak) dan direncanakan tanaman lokal lainnya, dan membiarkan sebagian tanaman galam tumbuh pada kolam tertentu yang merupakan penanda tempatan lokasi sekolah yang dulunya rawa.
Gagasan hutan sekolah ini sudah mulai terlihat, karena syarat luasan hutan kota dapat dibangun pada lahan seperempat hektar (PP No. 63/2002 tentang Hutan Kota), sedangkan luasan sekolah lebih dari satu hektar dengan seperempat luasannya tersedia untuk tumbuh dan berkembangnya berbagai tanaman sebagaimana yang terdapat dalam hutan. Pohon-pohon lokal yang ditanam diberi keterangan tentang pohon tersebut, seperti pohon kasturi yang terlihat sudah besar. Pada pohon-pohon tersebut rencananya juga ditempel anggrek lokal, sehingga hutan sekolah dapat menjadi tempat belajar langsung bagi pelajarnya.
Gagasan hutan sekolah ini merupakan integrasi pada perencanaan sekolah yang berwawasan lingkungan, yang telah diraih penghargaan pada tingkat nasional, merupakan suatu pemikiran yang maju dan realistis dengan kondisi sekolah saat ini. Hal ini berhubungan dengan pandangan pengelola sekolah yang terus membuka berbagai ide baru untuk menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan dan menggembirakan dalam proses belajar mengajar serta pembelajaran. Meskipun berada di tempat terpencil, setelah memasuki halaman sekolah sudah tergambar sebuah sekolah yang luar biasa, yang memang layak mendapatkan penghargaan sekolah berwawasan lingkungan. Memang, pada peringatan Hari Guru 2010, kepala sekolah ini “tercecer” dari kepala sekolah yang mendapatkan penghargaan ditingkat provinsi.
Hutan sekolah merupakan sesuatu yang segera terwujud di SMPN 11 Banjarbaru, karena perencanaan ke arah itu sudah siap untuk dilaksanakan, yang mana sebagian pohon-pohon yang akan ditanam selanjutnya merupakan pohon adopsi untuk ditawarkan kepada berbagai pihak.
Walikota Banjarbaru dan wakilnya tentu saja sudah selayaknya menyambut gagasan ini dengan bersedia mengadopsi salah satu pohon; dari pihak sekolah disediakan plakat nama pada pohon.
Berbagai terobosan dan inovasi gagasan yang dilakukan sekolah ini patut dijadikan model dalam pengembangan sekolah menengah lainnya, karena sekolah ini membuktikan bahwa status sekolah pinggiran (karena lokasinya) juga dapat menjadi sekolah yang berprestasi dan berwawasan lingkungan.
Pemko Banjarbaru perlu memperhatikan kondisi jalan menuju ke sekolah tersebut, karena sebagian jalan mengalami kerusakan, yang seharusnya mendapatkan prioritas dalam perbaikan jalan sebagai wujud dukungan penggunaan sepeda oleh para pelajar agar mereka dapat mengayuh sepeda dengan nyaman.
Sepanjang jalan menuju ke sekolah itu perlu dihijaukan, apalagi saat ini masih jarang bangunan rumah, sehingga memudahkan dalam penghijauan oleh instansi terkait. Sehingga, sekolah berwawasan lingkungan ini mendapatkan dukungan yang semestinya dari berbagai pihak dan menjadi model bagi sekolah lainnya.
sumber: (Radar Banjarmasin, 11 dan 13 Desember 2010: 3)
Home »
all archive
» SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN GAGAS HUTAN SEKOLAH
SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN GAGAS HUTAN SEKOLAH
SEKOLAH ADIWIYATA SMPN 2 TUBAN | 21.42 | 0
comments
Baca Yg lainnya:
terima kasih sudah membaca artikelku klik disini, untuk berlangganan artikelku yg lainnya.